SURABAYA, TAPALKUDANUSANTARA–Almarhum ayahanda Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Achmad Hermanto Dardak, pergi sebagai salah satu putra bangsa terbaik di bidang infrastruktur.
Sejak diresmikan pada 10 Juni 2009 oleh Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono, Suramadu telah menjadi sumber terjalinnya konektivitas antara Surabaya dan Pulau Madura. Yang mana, hal itu telah membawa imbas positif pada mobilisasi dan perekonomian Madura.
Selain itu, sebagai salah satu pakar yang ikut menggagas pembangunan landmark icon dan jembatan terpanjang di Indonesia tersebut, Hermanto juga telah berhasil menjadikannya destinasi wisata baru yang potensial.
Untuk itu, pasca meninggalnya Sang Arsitek, beberapa tokoh Madura datang berkunjung ke rumah duka di Kompleks Bina Marga II, Jakarta. Selain untuk bertakziah, mereka datang untuk mengungkapkan apresiasi setinggi-tingginya atas jasa yang dilakukan Hermanto untuk Madura.
“Saya Achmad Zaini dan keluarga ikut berduka atas wafatnya Bapak Dardak. Kami punya kenangan bersama dengan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bapak Sunarno, membangunan Jembatan Suramadu. Semoga Allah ampuni semua dosanya,” ucap Ketua Umum Dewan Pembangunan Madura (DPM) Achmad Zaini kepada Emil, Rabu (24/8).
Selain Zaini, Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Muh Syarif juga datang berkunjung. Ada pula sekitar sembilan anggota Badan Silaturrahmi Ulama Pesantren Madura (BASSRA) beserta sekretarisnya, KH Nuruddin A. Rachman, yang mendoakan agar semua jasa almarhum menjadi amal jariyahnya nanti.
Untuk itu, Emil mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas apresiasi dan doa yang diberikan. Dikatakannya, hal tersebut merupakan ungkapan berharga selepas ayahnya tiada.
“Terima kasih banyak atas ucapan-ucapan baik tentang papa saya. Alhamdulillah, semasa hidup beliau telah mengupayakan yang terbaik untuk bangsa dan masyarakat. Jadi, apresiasi yang diberikan sangat berharga bagi kami sekeluarga,” ungkapnya.
Lebih jauh, mantan Bupati Trenggalek itu memohon doa tulus dari masyarakat Indonesia. Ia berharap, kepergian ayahnya setelah pengabdian pada negara dapat membuka pintu langit untuk berkah dan rahmat Allah SWT.
“Papa saya sudah membangun banyak infrastruktur jalan dan jembatan selama mengabdi. Saya berharap, Allah juga bisa bangun jalan dan jembatan kokoh untuk jalannya ke surga. Amin,” harapnya.
Sebagai informasi, selain Jembatan Suramadu, Hermanto juga menggagas pembangunan Jembatan Kelok 9 di Sumbar, menyiapkan rencana pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera pada 2015, perencanaan pembangunan Jembatan Selat Sunda, dan pernah memberikan solusi pondasi kerusakan di Jalur Pantura yang selama ini menjadi proyek abadi pemerintah.
Tak hanya itu, ia bersama tim Persatuan Insinyur Indonesia juga menjadi pelopor UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang dan UU No. 11/2014 tentang Keinsinyuran.
Bahkan di akhir hidupnya, Hermanto menjadi Ketua Tim Pengarah Satuan Tugas Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara (IKN) yang dibentuk oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
“Beliau meninggal setelah mengurus pembahasan terkait IKN di Semarang. Mudah-mudahan syahid karena beliau wafat dalam menjalankan tugas kenegaraan,” tutupnya.
Sebelum meninggal, Hermanto telah banyak menoreh prestasi. Yang paling menonjol adalah saat ia menjadi orang Indonesia pertama yang memperoleh penghargaan International Road Federation (IRF) Professional of the Year pada 2014. Di mana, penghargaan ini merupakan penghargaan paling bergengsi di bidang pembangunan jalan.
Hermanto juga pernah mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Utama pada 2014. Saat itu, penghargaan tersebut diberikan oleh SBY berkat jasanya yang besar untuk negara di bidang infrastruktur.(pud)
318