Berita  

Jelang Presidensi G20, Ketua Dekranasda, Arumi Bachsin Ajak Beli Produk Pelaku UMKM

Surabaya, TKN– Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Timur Arumi Bachsin Emil Dardak mengaku pelaku UMKM di Jawa Timur siap mengikuti presidensi G20 Oktober mendatang di Bali.

Pesan itu disampaikan saat dirinya menjadi pembicara bertema ‘Global Economic Development Strategi Towards G20 In Indonesia’ bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus Surabaya, Kamis (8/9).

Disampaikan Arumi, presidensi G20 menjadi ajang yang sangat penting bagi pelaku UMKM. Mereka bisa memperkenalkan sekaligus ajang promosi berbagai macam produk yang akan dijual kepada peserta G20.

“Event dunia yang dihadiri tamu-tamu luar negeri. Ini merupakan kesempatan mereka untuk mempromosikan produknya,” kata Arumi di saat memberikan penjelasan.

Menurutnya, perkembangan pelaku UMKM di Jatim berjalan cukup baik. Apalagi penyumbang PDRB Provinsi Jatim sebanyak 60 persen berasal dari UMKM.

Hal ini semakin meyakinkan dirinya bahwa pelaku UMKM di Jatim bisa berkontribusi dan meningkatkan kualitas produknya.

“Saya berharap pelaku UMKM mempersiapkan diri mengikuti presidensi G20 Oktober mendatang. Acara tersebut juga menjadi peluang bagi pelaku UMKM untuk memperkenalkan sekaligus mengembangkan produk-produknya,” tuturnya.

Sejauh ini, lanjut Arumi, Pemprov Jatim sudah memberikan wadah pendampingan dan pelatihan MB bagi 9,7 juta pelaku UMKM di Jatim. Mereka diberi pelatihan dan pendampingan melalui bersama Dekranasda Jatim dan beberapa lembaga pelatihan milik Pemprov Jatim.

“Kemudian ada Milenial Job Center yang tersebar di 5 bakorwil yang Kerjasama dengan universitas dan talent anak SMA dan kuliah. Bagi pelaku UMKM dibimbing cara membuat logo, brand market, packaging sampai pada bisnis plan untuk UMKM,” jelasnya.

Meski dinilai berkembang, Arumi tetap mengingatkan pelaku UMKM dalam mempersiapkan diri mengikuti presidensi G20 adalah stok barang yang mencukupi dan melek teknologi.

Penting untuk memperhatikan kedua poin tersebut. Pertama menyoal stok barang. Ketika permintaan buyer cukup besar namun stok barang menipis, akan menurunkan kepercayaan pembeli.

“Banyak buyer beli, tapi ketersediaan tidak ada. Hal ini harus diperhatikan,” katanya.
Kedua, standarisasi kualitas produk yang dijual. Arumi menekankan agar pelaku UMKM benar-benar menyiapkan standarisasi kualitas barang yang baik.

Sehingga meminimalisir kekecewaan pembeli. Sebab, kata Arumi, tanggung jawab setiap brand akan mempengaruhi brand lainnya.

“Memori itu menjadi benchmart untuk UMKM lainnya. Satu dengan yang lain punya satu tanggung jawab,” tandasnya.

Motivasi Mahasiswa yang Ingin Menjadi Pelaku UMKM
Lebih lanjut, selain membahas peluang pelaku UMKM di ajang G20, Arumi juga berbagi ilmu kepada mahasiswa maupun mahasiswi yang memiliki passion untuk menjadi pelaku UMKM.

Dijelaskan bahwa cukup banyak problem atau kendala yang dialami pelaku UMKM pemula yang hendak mempromosikan produk-produknya.

Hal yang paling banyak dikeluhkan adalah modal.
Bagi Arumi, orang bisnis atau orang yang ingin membuka usaha memang dibutuhkan modal. Namun, zaman sudah semakin maju.

Perkembangan teknologi juga semakin pesat. Kondisi jual beli berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Kalian yang merasa minder karena kurang modal, manfaatkan media sosial. Di situ kalian bermain untuk memperkenalkan sekaligus menjual produk,” ujarnya.

Arumi juga mengakui, bahwa memiliki modal lebih memang akan memudahkan. Namun dengan minimnya uang dan modal, bukan berarti menyerah untuk memulai usaha. Bahkan, mereka yang sebagian besar masih berusia muda, cenderung terlalu keras dengan passion serta cara pandang dalam memulai bisnis.

Baginya, hal itu tidak baik karena akan menjebak mereka kemudian timbul ego karena tidak bisa melihat segmen atau kebutuhan pasar.

“Dalam setiap usaha pasti ada jatuh bangunnya. Lakukan kemudian analisis. Bekerja dengan cinta dan passion saja nggak cukup, tapi juga perlu melihat realitas,” tegasnya.

Lebih lanjut, Arumi mengatakan bahwa pelaku usaha muda harus memiliki target, konsep dan sasaran yang jelas sebelum memulai bisnis di sektor makanan, minuman, fashion dan lain-lain.

“Penting sekali untuk melihat hal-hal tersebut dan juga lakukan riset terlebih dahulu agar kalian bisa mengetahui segmen pasar yang hendak dituju,” tuturnya.(pud)

 358 

Penulis: Pudji LeksonoEditor: Fariji

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *